Mencoba bertahan seperti kaktus
Jika diantara kita
ada yang baru masuk kuliah, atau baru mulai bekerja, atau baru mencari
pengalaman, atau pastinya berada di tempat yang baru dan asing baginya. Maka akan
ada beberapa rasa yang pastinya ia alami seperti, asing, dan adaptasi.
Ada banyak
seri pengalaman hidup seorang manusia , semakin ia tangguh semakin ia cepat
berdamai dengan tempat barunya. Ia yang berusaha bertahan dan sesegera mungkin
berdamai dengan dirinya . di tempat yang baru, di lingkungan yang baru, di
keadaan yang baru, dengan tantangan yang baru. Sejenak ada perasaan kesendirian
dalam diri. Lantas ia berbisik pada dirinya “aku sendirian” , “tak ada yang
menemaniku”. Namun sejatinya ia tak benar-benar sendirian. Ia tak benar-benar
tak memiliki teman. Jika kita benar-benar sendirian dan tak ada manusia dan
hewan di sekitar kita pun sejatinya kita tak pernah benar-benar sendirian.
Karna Allah selalu bersama kita dimanapun kita berada dan dia MAha mengetahui ( Al-Hadid: 4).
Lantas apa yang harus ditakutkan. Namun jika Allah murka pada kita dan kita
benar-benar jauh dari rahmatnya itulah yang sejatinya kita harus tangisi. Di
sisi ini kita harus tetap bersyukur dan jika batas kesendirianmu meronta maka
sujudlah padaNYa dan katakan “ Rabbi laa takkillini ila nafsy tharfata ‘ain” Ya
Rabb jangan tinggalkan aku meski hanya kedipan mata. Lantas sedihmu sirna,
kemudian percaya dirimu muncul, in sya Allah.
Selalu ada
alasan mengapa kita bertahan , selalu ada pertanyaan kenapa kita masih ada disini
, di tempat ini. Dalam ilmu neurolinguistik , coach saya pernah mengajarka kalimat
“why” adalah semangat dasar seorang manusia. Untuk itulah, Kejelasan alasan
yang membuat kita semakin tangguh, temukan alasan itu dan kita akan bisa
bertahan. Lalu mengapa anda masih bisa bertahan disini?.
Pasti ada
beribu alasan dalam pikiran anda namun dari semua alasan itu pasti ada alasan
terkuat. Entah karna target hidup, cita-cita hidup, atau untuk bertahan hidup. Atau
dengan alasan simple yang sebenarnya penuh dengan keberkahan, yaitu karna Allah
ta’ala. Tak ada alasan yang paling indah
selain alasan itu , benar kan?. Namun coba kita cek ke dalam hati kita paling
dalam apakah benar karena Allah?, atau hanya menjadi alasan pemanis mulut saja
agar terlihat agamis?.
Menurut
penulis alasan kita bertahan yang pertama adalah di tempat yang baru ini kita
menjadi lebih baik dari sisi agamanya, pendidikannya, pengalamannya, dll. Namun
jika harus memilih salah satu, minimal agama kita tidak menjadi lebih buruk
dari sebelumnya, dan tidak terpengaruh dengan keburukan lingkuangan yang baru .
sebab lingkungan adalah hal yang penting, betapa banyak manusia terlena dengan
luar biasanya pendidikan di luar sana, namun agamanya terkekang dan terpuruk.
Betapa banyak bahkan yang terlena dengan fasilitas hingga meninggalkan
agamanya. Tidak kawan jangan lakukan itu jika kau sudah mengerti dirimu takkan
sanggup. Namun jika dirimu sangggup bertahan dengan hanifnya Islam dan karena
suatu misi tertentu missal pendidikan atau belajar lainnya, maka urusannya
kembali padamu.
Alasan yang
kedua kita tetap bertahan adalah kebutuhan mendesakmu yang bisa
membahayakan nanyawamu (nafs) atau empat
hal lain yang perlu anda jaga (dharuriyyatul khams) yaitu diin (agama), , nasl
(keturunan), maal ( harta), aql ( akal). Agama ini indah dan tidak memberatkan,
dan akan menjaga keberlangsungan hidup manusia. Inilah agama yang wasathiyyah
yang menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Alasan lain
bisa lahir dari cita-cita diri, atau tujuan ke depan atau target hidup. Maka
aspek ini akan kembali kepada penjelasan di atas. Lingkungan yang baik akan
dapat menuntun anda menjadi pribadi yang baik dan berkembang, sejalan dengan
fitrah dan bisa kebih bahagia.
Ketika kita
sudah mengetahui alasan-alasan tersebut tinggal kita berperan menjadi peran
yang diinginkan di tempat baru, guru,
murid, atau peran lainnya. Gunakan waktu anda dengan baik agar tidak disibukkan
dengan masa lalu, berfikirlah ke depan , move on dan susun beberapa rencana ke
depannya. Ataupun target dan karya yang ingin anda buat . waktu dan usaha anda
lah yang menjawab . sertakan dalam sujud-sujud anda, lepaskan semangat anda dan
bertahannlah layaknya kaktus . ia berthan di suhu extreme dan tentap bertahan,
ia punya struktur pengelolaan tubuh yang baik, dan memiliki duri, durinya bukan
untuk menyakit orang lain, namun ia hanyalah pelindung dari segala bahaya yang
ingin mendekat.
Dalam sirah ,
yaitu dalam perang khandak , kita diajarkan untuk bersabar dan semakin yakin
atas mimpi dan harapan manusia mulia , Rasululullah. Di cuaca yang extreme,
dingin dan berangin kencang dimana tidak ada makanan dan dalam kondisi perang. Para
sahabat tetap siaga bahkan keyakinannya
semakin tajam atas kemenangan Islam meski harus berlelah dan berjuang sekuat
tenaga , bertahan dan mempertahankan madinah dari musuh yang mengepung , hingga
Allah membinasakan musuh-musuh Allah dan memenangkan umat Islam.
Sekeras apa
pun hidup, hidup harus terus berjalan dan dirimu tidak benar-benar sendirian
selama ada Allah yang anda prioritaskan. Bertahanlah dengan sebuah alasan yang
alasan itu Allah bisa mencintaimu dan meridhoi langkahmu.
Avnie suhayla
Ahad, 19 Januari 2020
@DQ 2 Gunung sindur, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar