Senin, 13 Juli 2020

Muslimah Berperan Bukan Baperan


Muslimah Berperan Bukan Baperan

(Afni Fatmawathi Harits)



Tidak ada yang meragukan peran muslimah dalam menyusun batu bata peradaban Islam. Karena muslimah adalah Madrasah Peradaban itu sendiri. Dari rahimnya lahir generasi terbaik dan terdidik. Sejarah telah mencatat muslimah hebat pembawa perubahan. Menuliskan bakti mereka, dan bangga terhadap perjuangan serta pengorbanan mereka. 


Muslimah hadir mewarnai peradaban dan meyakinkan kita akan pentingnya sebuah peran. Peran apa pun, jika ikhlas dan totalitas, pasti akan membuat perubahan.  Bahkan, peran-peran muslimah sering menjadi gerakan pembaharuan dan perbaikan pada zamannya. Mencetak generasi hebat yang menaikkan martabat Islam.


Mari kita belajar pada generasi terbaik. Generasi yang dididik langsung oleh Rasulullah . Para Muslimah di sekitar Rasulullah adalah simbol keteladanan sejarah yang memukau. Para Muslimah di sisi Rasulullah memiliki peran yang hidup. Mereka telah menghimpun ilmu, membumikan akhlak, menguatkan syariat, mengokohkan semangat, dan mencerdaskan umat.  Mereka adalah Ibu peradaban Islam. Mereka berperan bukan baperan! 


Mari kita menelaah sirah sahabiyah. Kita akan dapati Ummahatul Mukminin (Ibu kaum beriman) dan muslimah lainnya, mencontohkan karakter dan akhlak yang mulia. Dimana antara satu dan yang lainnya mendalami peran dalam berbagai sektor perjuangan dakwah. 


Siapa yang tak mengenal Ibunda Khadijah i dengan pengorbanan dan keimanannya yang kokoh. Beliau hadir sebagai sosok yang pertama kali beriman disaat orang lain mendustakan Rasulullah . Beliau tak ragu sedikit pun untuk mengorbankan segala yang ia miliki untuk dakwah Rasulullah . Kesempurnaan akhlak dan kecerdasan sikap beliau menguatkan dakwah Rasulullah . Sehingga kepergiannya menjadi tahun berduka (‘Aamul Huzni) bagi Rasulullah .


Kemudian marilah kita memperhatikan peran Ibunda Aisyah i. Keluasan ilmu dan kecerdasan intelektualnya bak cakrawala. Beliau adalah madrasah para Ulama, baik dari golongan  sahabat atau tabi’in. Abu Musa Al-Asy’ari h berkata, “Ketika kami sahabat-sahabat Rasulullah , menghadapi kesulitan dalam memahami suatu Hadits, lalu bertanya kepada Ibunda Aisyah i, maka kami pasti mendapat pemecahannya”.


Di sisi lain ada Ibunda Hafsah i dengan keteguhan ibadahnya, hingga Allah dan Malaikat-Nya menggelarinya Sawwamah (ahli puasa) dan Qawwamah (ahli ibadah). Adakah yang lebih indah dari persaksian Allah dan Malaikat-Nya? Kita lihat pula kedermawanan Ibunda Zainab binti Khuzaimah. Banyak yang mencintainya karna keluruhan hati dan sikap kasih sayangnya pada sesama. Tak kalah hebatnya pengorbanan jihad dakwah para muslimah.  Mereka rela mengangkat pedangnya, tak takut kesakitan dan kesulitan yang akan dihadapi demi membela Islam dan Rasulullah .

Mereka telah berkorban dengan waktu, harta, bahkan nyawa. Untuk meninggikan syiar-syiar Islam. Tak peduli luka yang menganga, harta mereka yang berharga, apatah nyawa yang setiap jiwa pasti akan kembali kepada-Nya. Jika nafsu berkata, “Mengapa tubuh ini rela terluka?” maka dengan tegas iman mereka menjawab, “Untuk mencari kemulian di sisi Allah Yang Maha Esa”.  


Kemudian mari kita juga menelaah sejarah muslimah yang berperan dari masa ke masa. Bagaimana peran muslimah dalam mendidik generasi. Ibu para ulama dan umara (pemimpin). Penyongsong gerakan perbaikan yang membawa martabat Islam kembali berjaya. Salah satu sosok teladan Ibu Peradaban adalah Ibunda Syaikhul Islam Sufyan Al-Tsauri. Beliau sering mengevaluasi hasil belajar anaknya. Ada sebuah ungkapan Ibunda Sufyan yang menurut penulis sangat luar biasa, menggambarkan keshalihan dan keimanan beliau, “Wahai  anakku, pergilah menuntut ilmu. Setelah engkau menulis sepuluh huruf, lihatlah apakah menambah rasa takut, kesabaran, dan kebijaksanaan dalam dirimu. Jika tidak, jangan engkau teruskan. Ketahuilah bahwa itu akan membahayakanmu, dan tidak memberikan manfaat kepadamu”. 


Begitu pula Ibunda Imam Asy-syafi’i, Ibunda Imam Ahmad bin Hanbal, Ibunda Imam Bukhori dan banyak ulama lainnya yang dididik sendiri oleh Ibundanya karna yatim sejak kecil. Lihat peran hebat Ibunda yang shalihah dan cerdas. Mereka telah berperan dengan istimewa. Takkan ada yang bisa menggantikan posisinya. Mereka berperan bukan baperan.  


Masih terekam di benak kita, tokoh Pembebas Al-Quds, Shalahuddin Al-Ayubi. Beliau bukanlah tokoh tunggal dalam panggung kegemilangan sejarah. Generasi Shalahuddin adalah Generasi yang dipersiapkan dan dididik dengan baik. Dididik oleh para Ulama dan semua tokoh yang berperan dalam kiprah dakwah. 


Banyak muncul para ulama muslimah yang menghabiskan waktunya untuk mendidik generasi. Tak sedikit pula Ulama muslimah ini menjadi rujukan keilmuan pada zamannya seperti Syaikhah Fatimah binti Muhammad bin Ali Al-Bazzazah Al-Baghdadiyah. Ada juga Syaikhah Taj An-Nisa binti Fadhail bin Ali At-Takriti. Istri dari Abdul Qadir Al-Kilani. Ada pula Syaikhah Syams Ad-Dhuha, Syaikhah Jauharah binti Al-Hasan, Syaikhah Sulaf binti Abu Al-Barakat dan yang lainnya. Berkiprah di dunia pendidikan dan menjadikan peran ini sebagai nafas perjuangan mereka.


Bukan hanya di bidang pendidikan. Para muslimah dari golongan bangsawan juga turut berperan. Dengan Harta, mereka membuat madrasah, seperti Sayyidah Zumurrud Khatun binti Jauli. Dialah istri dari Sultan Buri Thaftakin. Kemudian Sitti Syam Zumurrud Khatun binti Ayyub yang merupakan saudara kandung dari Shalahuddin Al-Ayubi ikut berperan dalam perubahan. Ia mendirikan dua Madrasah dan juga pabrik obat dan Apotek besar sebagai pasokan obat untuk umat dan tentara Islam yang berjuang melawan pasukan Salib. 


Banyak juga peran muslimah lainnya dari semua kalangan ikut bergerak dalam merubah kondisi yang tadinya terpuruk menjadi lebih baik. Gerakan perubahan yang mereka lakukan adalah gerakan yang masif dan berkelanjutan. Visioner dan terukur. 


Gerakan ini tidak bisa dilakukan sendirian dan butuh banyak kekuatan dari berbagai bidang. Peran manusia memang terbatas, tapi bukan merupakan kelemahan. Muslimah hebat akan senantiasa berperan, di mana pun tempat yang ia dibutuhkan, hingga tercipta perubahan. 


  Lantas, apa alasan terkuat dan terkokoh agar muslimah berani mengambil peran? Dan apa yang bisa  menjauhi muslimah dari sifat baperan yang tidak pada tempatnya? Ia adalah iman. Iman yang kuat akan mendorong pemiliknya meraih cita-cita yang tinggi. Berusaha meraih ridha Tuhan -Nya. Mengharapkan kemulian di sisi-Nya. Hingga  syahid di jalan-Nya adalah cita-cita tertingginya.


Iman yang kuat akan mendorong pemilikinya memiliki cita-cita yang mulia. Iman yang agung tidak akan rela dengan sesuatu yang rendah. Tidak mampu dengan kehinaan. Tidak sanggup dengan kelemahan. Meski tubuhnya lelah, pikirannya ringkih. Namun imanya membara,  ia akan bangkit. Melawan setiap rasa dan mengubahnya menjadi kerja nyata untuk agama, untuk dakwah dan untuk orang yang membutuhkannya. Wahai muslimah mari berperan bukan baperan!


Kematangan sikap menyebabkan muslimah kerap gelisah,

dengan kondisi umat yang semakin tak terarah

Keikhlasan jiwanya bangkit mencakar Bumi,

pagi dan petang ia serahkan untuk mendidik generasi



Dengan sebuah keyakinan dan mimpi yang tinggi,

perannya di Bumi melangitkan prestasi dan apresiasi

Langkahnya tak rapuh, perjuangannya tak sia-sia,

meski jasadnya menua tapi jiwanya remaja, cita-citanya membaja



Yang mendorong mereka adalah keimanan,

 Karna acapkali uang dan kekuasan menjadi beban peradaban

Sejatinya, muslimah bukanlah makhluk lemah,

namun mutiara indah yang seringkali belum terasah





Sekecil apa pun peran, tetaplah merupakan bentuk perjuangan,

bertahan dan kuatkan barisan, hingga Allah beri balasan dengan beribu kebaikan



                                                    (Muslimah Pembawa Perubahan; avnie suhayla)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

p e l a t i h a n jurnalistik - ppt download

p e l a t i h a n jurnalistik - ppt download : Ciri utama naskah jurnalistik: Jenis tulisan : 1. Non Fiksi = Isinya berupa data dan fakta ...